Tidak banyak negeri yang berwarna-warni seperti India. Merah, putih, dan oranye selalu menjadi warna Hinduisme yang menonjol dan dipakai secara teratur (terutama pada upacara keagamaan) di India selama lebih dari 2000 tahun. Tentu saja warna-warninya lebih dari tiga warna itu saja dan saya akan memberitahu Anda seputar hal ini…

Merah melambangkan kemurnian dan karenanya menjadi warna favorit busana pengantin wanita. Merah juga merupakan warna yang terkait dengan Durga, salah satu dewi yang paling disegani dalam mitologi Hindu. Gambarannya yang menakutkan itu antara lain muncul dari lidahnya yang merah dan kedua matanya yang nyaris merah total. Di India belahan selatan, merah merupakan warna kekerasan dan kekacauan.

kaum wanita duduk-duduk di tepi sungai Gangga, Varanasi

Putih merupakan warna yang mudah diterima pada pemakaman dan upacara-upacara yang terkait dengan kematian. (Saya pikir, warna ini jauh lebih baik daripada hitam.) Ini pun merupakan satu-satunya warna yang boleh dikenakan oleh para janda. Putih juga diterima secara luas (bukan hanya di India) sebagai warna kedamaian dan kemurnian.

potret seorang pria berbaju putih

Oranye adalah warna yang paling dominan di India. Warna oranye pada bendera India melambangkan keberanian dan pengorbanan. Menurut orang-orang Hindu, oranye melambangkan “cakra suci”. Cakra merupakan konsep yang berasal dari teks-teks agama Hindu.

pria-pria berbaju oranye di Varanasi sedang berjalan pulang dari sungai Gangga

Biru [muda] merupakan warna langit dan laut menurut indera penglihatan kita. Di India, warna biru ini terkait dengan dewa Krishna, salah satu dewa yang paling digemari di India. Yang paling terkenal dengan warna birunya di India adalah kota Jodhpur (terkenal dengan julukan “Kota Biru” atau “Kota Mentari”). Rumah-rumah berwarna biru berderetan. Kota ini berada di padang pasir Thar, yang bahkan membuatnya lebih mengesankan.

kain biru pada sebuah pasar di Gangtok

Hijau melambangkan panen, awal yang baru, dan kebahagiaan. Ini juga melambangkan alam dan karenanya merupakan perwujudan dari Tuhan itu sendiri. Hijau juga merupakan warna favorit orang-orang Islam, yang jumlahnya cukup besar di India.

seorang wanita berbusana Sari berwarna hijau di Varanasi

Kuning melambangkan kesucian dan merupakan unsur herbal mendasar untuk perawatan [kulit] tubuh dan wajah wanita India. Ini mengingatkan saya pada kari (curry).

bedak kari kuning pada sebuah pasar di Kolkata

Di India, hitam itu mengacu pada kenistaan dan hal-hal negatif lainnya. Warna ini melambangkan kemarahan dan kegelapan, serta terkait dengan kematian, kemandulan, dan ketiadaan energi. Warna ini digunakan sebagai reperesentasi dari setan dan untuk menangkal setan.

gagak-gagak hitam di depan balai penyembelihan di New Delhi

——- * Terjemahan dari Nina Maier, “The Colors of India”

diterjemahkan oleh Ma Sang Ji

PhD researcher: Sarita Bhagat

Humans and the more-than/non-human entities like the river, materials, and multi-variant species constantly interact creating and maintaining multiple realities. Framing rivers within the relational dynamics construct new meanings, values, norms, and knowledges in the physical, social, institutional, cultural, and political spaces which define ‘hydrosocial territories’. Powerful and dominant actors, often transcending national jurisdictions, create social norms and local rules, which to a varying degree lead to marginalization and loss of voice of other groups of actors, with less power, including the non-human entity. In this process of epistemic violence and silencing, important knowledges, meanings and information can be lost which are important to manage and govern rivers. This research will unravel these emergent relational dynamics in the context of the Warna watershed in India, to make space for other epistemologies animated by social justice, dynamics around social movements and river imaginaries to create and co-govern the Warna river commons, safeguarding rights of nature that go beyond the current legal frameworks in India. The overall research focuses on concepts emerging from political ecology, mainly focusing on notions of power relations and governmentality and actor-network theory. A qualitative research approach will be applied, with empirical and experiential field evidence to support my research, which includes creative and transformative learning methods to collect data.

aktivis Yayasan Patimadora Banda Aceh, melaporkan dari New Delhi

INDIA sering diagungkan dan dikenang sebagai negara penuh warna. Sebagai pendatang, saya sering takjub memperhatikan berbagai warna yang dengan mudah kita jumpai di jalanan, bangunan, pertokoan, aksesori, bahkan di berbagai halaman buku cerita rakyat kuno.

Aneka warna yang mencolok juga dengan mudah kita jumpai di tempat-tempat umum, tempat bertemunya pria dan perempuan cantik yang berpakaian khas India dalam berbagai warna. Ini pemandangan tak umum, pakaian tradisional dikenakan sebagai pakai sehari-hari. Lengkap dengan aksesori yang warna-warni. Bahkan warna-warna tertentu mendominasi upacara-upacara tradisi, antara lain, merah dan oranye yang membara merupakan warna yang sering ditampilkan dalam perlengkapan baju pengantin.

Saya sempat tanpa sengaja menyaksikan upacara tradisional ‘ijab’ pengantin di sebuah pagoda. Saya bertanya kepada seorang antropolog tentang makna dari warna merah yang dominan dalam acara tersebut. Menurutnya, “Merah itu simbol dari kedinamisan dan bahkan dapat secara konstan menghipnotis orang yang hadir dalam acara tersebut, sehingga acara berkesan sakral.”

Ada filosofis di balik warna itu, seperti disampaikan tokoh adat yang sempat menemani saya dalam suatu kenduri pengantin ala India. Katanya, warna merah juga berarti kesucian. Ini seperti simbol “kesatuan” antara dua orang seperti yang terlihat dari pernikahan, di mana pengantin wanita yang dihiasi warna cemerlang merah berupa tikka merah (titik di dahi) setelah pernikahan itu sebagai tanda komitmennya. “It is perhaps easy to see why red also symbolizes fertility and prosperity,” jawab tokoh adat itu lagi.

Atas jawabannya itu saya berkomentar nakal, “Oh apakah itu sebab jumlah penduduk India membengkak hingga miliaran?” Tokoh adat itu tertawa terbahak.

Sementara Warna hitam punya konotasi yang berkaitan degan kehidupan sebagai kurangnya keinginan, jahat, negatif, dan inersia. Warna hitam juga sering digunakan oleh orang tua India pada zaman baheula untuk menangkal setan yang mengganggu bayi dengan cara menempelkan ‘pini’ warna hitam di daku atau sekitar telinga.

Ketika saya tanyakan kepada seorang fasilitatornya (mereka menyebutnya sebagai ‘Om Shanti’) tentang kenapa warna kostum putih, ternyata warna putih itu sebagai simbol kebersamaan, pluralisme, kesucian, dan perdamaian. Namun demikian, warna putih juga biasanya juga bisa dikonotasikan sebagai kemuraman. Maka orang India akan mengenakan baju atau kain warna putih untuk upacara-upacara tradisi pemakaman (funerals) atau upacara kematian.

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: [email protected]